terkini


Fakta Sejarah Palembang, Kota Tertua di Indonesia yang Menguasai Asia Tenggara

Sunday, March 09, 2025, Sunday, March 09, 2025 WIB Last Updated 2025-03-09T08:45:17Z
Panorama Sungai Musi Dilihat dari Kantor Ledeng Palembang. (Foto: KITLV)


PALEMBANG - Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Palembang memiliki sejarah panjang yang mencerminkan kejayaan peradaban besar di Nusantara. 

 

Sejak abad ke-7, kota ini telah menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan pendidikan, terutama pada masa Kerajaan Sriwijaya.

 

Menurut Sejarawan Palembang, Kemas A.R. Panji, berbagai peninggalan sejarah dan catatan kuno membuktikan bahwa Palembang bukan sekadar ibu kota provinsi, tetapi juga pusat peradaban yang berperan besar dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara.

 

Sriwijaya, Kerajaan Maritim yang Menguasai Asia Tenggara

 

Palembang diyakini sebagai ibu kota Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim terbesar yang pernah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka. 


Prasasti Kedukan Bukit (683 M) yang ditemukan di Bukit Siguntang menyebutkan keberhasilan kerajaan ini dalam melakukan ekspedisi militer dan memperluas wilayahnya. 


Prasasti lain, seperti Talang Tuo (684 M), mencatat pembangunan taman oleh Raja Sriwijaya untuk kemakmuran rakyatnya.

 

Bukti lain tentang kejayaan Sriwijaya berasal dari luar negeri. Catatan Dinasti Tang dari Tiongkok menyebutkan bahwa pada abad ke-7, Sriwijaya mengirim utusan ke istana kaisar untuk menjalin hubungan diplomatik. 


Seorang biksu terkenal, I-Tsing, mencatat dalam perjalanannya bahwa Sriwijaya merupakan pusat pembelajaran agama Buddha yang sangat dihormati di Asia. 


Banyak biksu dari Tiongkok dan India yang datang ke Sriwijaya untuk belajar sebelum melanjutkan perjalanan mereka ke India.

 

Tak hanya itu, Sriwijaya juga dikenal sebagai kerajaan yang memiliki kekuatan militer maritim yang besar. 


Armada lautnya mampu mengendalikan perdagangan rempah-rempah di perairan Asia Tenggara, membuat kerajaan ini menjadi pusat ekonomi yang penting. 


Bahkan, kerajaan-kerajaan besar seperti Cina dan Arab mengakui kekuatan Sriwijaya dalam mengontrol jalur perdagangan.


 

Runtuhnya Sriwijaya dan Lahirnya Kesultanan Palembang


Kejayaan Sriwijaya mulai meredup pada abad ke-13 setelah mengalami serangkaian serangan dari Kerajaan Chola (India Selatan) pada tahun 1025 dan serangan Majapahit pada abad ke-14. 


Akibatnya, pusat kekuasaan di Palembang melemah dan berubah menjadi daerah pelabuhan yang dihuni oleh pedagang dan bangsawan yang masih bertahan.

 

Pada abad ke-17, wilayah ini berkembang menjadi Kesultanan Palembang Darussalam, yang dipimpin oleh Sultan Abdurrahman (1659-1706). 


Kesultanan ini menjadikan Islam sebagai fondasi pemerintahan dan berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Sumatera Selatan. 


Salah satu peninggalan bersejarah dari masa ini adalah Masjid Agung Palembang, yang dibangun pada tahun 1738 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I. 


Masjid ini masih berdiri hingga sekarang dan menjadi salah satu simbol kejayaan Islam di Palembang.

 

Kesultanan Palembang mengalami masa kejayaan hingga awal abad ke-19, tetapi akhirnya runtuh setelah Belanda menaklukkan kota ini pada tahun 1821. 


Belanda menghapus sistem kesultanan dan menjadikan Palembang sebagai bagian dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

 

Peran Palembang dalam Perjuangan Kemerdekaan


Palembang juga memiliki peran penting dalam perjuangan melawan penjajah. Selama Perang Dunia II, kota ini diduduki oleh Jepang pada tahun 1942. 


Wilayah Plaju dan Sungai Gerong menjadi target utama karena memiliki kilang minyak yang sangat penting bagi Jepang. 


Setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945, Palembang menjadi salah satu kota yang berjuang mempertahankan kedaulatan dari Agresi Militer Belanda II pada tahun 1949.

 

Setelah resmi menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 1950, Palembang terus berkembang menjadi pusat industri, perdagangan, dan pendidikan. 


Pada era modern, kota ini semakin dikenal dengan ikon-ikonnya seperti Jembatan Ampera, yang dibangun pada tahun 1965 dan menjadi simbol kebangkitan kota ini setelah masa kolonialisme.


Foto: KITLV

Warisan Sejarah dan Potensi Wisata Sejarah Palembang


Dengan sejarah yang begitu panjang, jelas Kemas Ari, Palembang tidak hanya menjadi pusat ekonomi dan budaya di Sumatera Selatan, tetapi juga menyimpan warisan sejarah yang membanggakan. 


Sebagai kota yang terus berkembang, Palembang memiliki potensi besar untuk menjadikan wisata sejarah sebagai daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

 

Hingga kini, banyak situs bersejarah di Palembang yang masih menjadi saksi kejayaan masa lalu. Beberapa di antaranya adalah:

 

Bukit Siguntang – Situs yang diyakini sebagai tempat sakral pada masa Sriwijaya, sering dikaitkan dengan asal-usul para bangsawan kerajaan.

 

Benteng Kuto Besak – Benteng pertahanan Kesultanan Palembang yang dibangun pada abad ke-18, kini menjadi ikon wisata sejarah.

 

Sungai Musi – Jalur perairan yang telah menjadi nadi kehidupan masyarakat sejak zaman Sriwijaya, kini menjadi pusat wisata dengan kapal wisata dan restoran terapung.


Museum Sultan Mahmud Badaruddin II – Museum yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah dari masa Sriwijaya hingga era kesultanan. (Ari)

 



Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Fakta Sejarah Palembang, Kota Tertua di Indonesia yang Menguasai Asia Tenggara

Terkini

Topik Populer