PUYANG - Pada umumnya perempuan di desa menghabiskan waktunya dengan mengurus rumah tangga atau ibu rumah tangga (IRT), namun beberapa diantaranya juga membantu kegiatan suami mencari nafkah dengan berbagai macam cara, mulai dari bertani, mencari ikan hingga melakukan upaya usaha kecil-kecilan lainnya.
Berbagai pihak telah melakukan upaya agar ibu-ibu di desa lebih berdaya sembari melaksanakan kegiatan sebagai IRT. Salah satunya seperti yang dilakukan pihak Universitas Sriwijaya dengan memberikan pelatihan pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi lilin siap jual.
Kegiatan ini bisa dibilang sebagai upaya positif yang dilakukan pihak Universitas Sriwijaya sebagai tugas pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang melekat pada lembaga pendidikan tinggi.
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sriwijaya secara khusus memberikan pelatihan pembuatan lilin aromatik kepada para perempuan Desa Tanjung Dayang Selatan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Pelatihan ini dinilai sangat penting diberikan kepada masyarakat desa, lantaran minyak jelantah atau minyak bekas biasanya dibuang secara cuma-cuma setelah dilakukan pemakaian beberapa kali.
Disisi lain, menjadi ibu rumah tangga, seringkali menuntut agar para perempuan bijak dan mawas diri dalam pengelolaan keuangan, dengan sumber pendapatan suami yang terbatas, perempuan berusaha semaksimal mungkin untuk menekan pengeluaran pada hal-hal yang sifatnya sekunder, namun karena faktor ekonomi pulalah, mereka abai akan dampak mengerikan yang mengintai mereka.
Namun tanpa disadari, tujuan yang baik ini justru menjadi ancaman bagi kesehatan keluarga, para ibu biasanya menerapkan sikap hemat pada penggunaan bahan pokok yakni minyak goreng, minyak akan digunakan berkali kali bahkan sampai berwarna hitam pekat, alasannya adalah sayang jika dibuang.
Penjual makanan dan rumah tangga, biasanya menggunakan minyak goreng secara berulang karena nilai ekonominya. Kerusakan minyak dapat terjadi karena penggunaan minyak goreng berulang dalam jangka waktu yang lama. Kerusakan akibat minyak selama proses menggoreng akan mempengaruhi kualitas dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng (Mulasari dan Utami, 2012).
Mengutip pernyataan Dr. Ade Arsianti, staf pengajar Departemen Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, minyak goreng yang sudah digunakan untuk memasak hanya dapat digunakan ulang sebanyak 1-3 kali.
Menurutnya, minyak yang sudah digunakan berulang kali akan berwarna kehitaman dan tidak baik untuk dikonsumsi. Bahaya mengkonsumsi minyak jelantah dikarenakan minyak yang sudah digunakan berkali-kali pada saat menggoreng melalui proses pemanasan, dan menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang menghasilkan radikal bebas dan senyawa-senyawa teroksidasi. Senyawa radikal bebas dan teroksidasi jika terkonsumsi dapat menyerang sel- sel yang sehat dan menghasilkan sel-sel yang tidak normal atau sel kanker.
Adanya pendampingan yang dilakukan dosen FISIP Unsri bagi warga desa diharapkan memberikan edukasi kepada para perempuan agar bisa menyulap minyak bekas yang sarat membahayakan kesehatan menjadi lilin aromatik yang memiliki nilai jual dengan memanfaatkan teknologi informasi (IT).
Upaya ini juga selaras dengan perkembangan zaman, saat kita telah memasuki era yang semakin kompetitif, setiap orang dituntut untuk memiliki kemampuan atau skill yang mumpuni dalam menopang keberlangsungan hidupnya secara perekonomian.
Salah satu skill yang harus dimiliki adalah skill kewirausahaan, karena berbagai alasan yang berkaitan dengan kesejahteraan ekonomi, pemberdayaan individu dan pembangunan sosial.
Dalam memenuhi kebutuhan perekonomian rumah tangga, para ibu biasanya harus pandai mengelola keuangan agar tepat sasaran, prioritasnya pada kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan.
Pelatihan membuat lilin aromatik ini juga disertai dengan pelatihan teknik fotografi. Teknik fotografi sendiri digunakan sebagai tahap kedua agar lilin aromatik yang telah dibuat bisa dipasarkan kepada masyarakat luas dengan sajian gambar yang menarik dan kekinian.
Adanya sentuhan teknik fotografi, diyakini foto produk yang dihasilkan dari kegiatan kewirausahaan bisa memiliki estetika dan layak jual dengan memanfaatkan platform media sosial.
Pada akhirnya, ketika masyarakat memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi melalui wirausaha, ketergantungan pada bantuan pemerintah berkurang. Ini dapat mengurangi beban sosial dan fiskal pemerintah, serta mendorong pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Skill kewirausahaan mengajarkan individu untuk menghadapi ketidakpastian, mengambil risiko, dan mencari solusi kreatif. Hal ini memupuk ketahanan mental yang membantu individu dalam menghadapi tantangan hidup lainnya.
Serta masyarakat bisa memberikan sajian informasi edukatif yang lebih layak dikonsumsi dengan menggunakan teknik-teknik fotografi dasar sebagai instrumen dalam memberdayakan diri terutama bagi para IRT yang ada di desa. (Dinda)